Pulang dari sekolah, Ririn mendatangi ayahnya yang sedang membaca koran diteras belakang rumah.
“Ayah” panggil Ririn dengan kepala tertunduk dan nada suara yang murung.
Sambil menurunkan koran, sang ayah memandang putrinya yang beranjak remaja itu. Ayahnya tau, ada sesuatu yang menjadi beban pikiran anak kesayangannya itu.”Ada apa nak? Bagaimana sekolahmu?”
Dengan lesu, Ririn menjawab,”Ayah, Ririn merasa capek. Ririn sudah belajar mati-matian, untuk mendapat nilai bagus disekolah. Tapi teman sekelasku selalu bisa mendapat nilai lebih bagus dengan cara mencontek. Itu kan tidak adil namanya. Selain itu, Ririn juga capek karena harus membantu ibu membersihkan rumah hingga waktu belajar pun berkurang, sedangkan teman Ririn rata-rata mempunyai asisten rumah tanggayang setiap saat bisa menyelesaikan semua urusan rumah.”
Dengan suara lantang, ririn melanjutkan unek-uneknya.
"Ririn juga capek, karena harus menabung dulu untuk bisa membeli sesuatu, sedangkan teman-teman bisa belanja tanpa harus menabung. Lebih capek lagi Ririn harus menjaga segala ucapan dan tingkah laku, sedangkan teman-teman seenaknya berbicara dan bertingkah laku, bahkan kadang melontarkan ucapan yang membuat Ririn sakit hati. Pokoknya, Ririn capek menahan diri. Ririn juga mau seperti teman-teman lainnya, bebas berkata-kata dan melakukan apapun.” Ungkapnya dengan nada berubah sendu, hingga kemudian Ririn pun mulai menangis tersedu-sedu.
Sambil mengelus kepala Ririn penuh sayang, sang ayah menuturkan “Ayah tau kamu sudah berusaha belajar maksimal. Ayah juga tau kamu selalu berusaha menjadi anak baik. Semua itu, juga demi kebaikan kamu. Jangan menangis lagi ya Nak. Besok ayah akan menunjukan sesuatu kepadamu.”
Keesokan harinya mereka pun pergi kesuatu tempat seperti semak belukar. Mereka mulai menyusuri semak belukar tersebut, semakin kedalam semakin banyak dedurian, genangan air, pepohonan, dan berbagai macam serangga yang terlihat disekitar mereka.
“Ayah mau kemana sih?” Tanya Ririn bingung.Jalan begitu kotor, seram, dan gelap. Kaki Ririn terluka terekena duri, begitu banyak nyamuk dan serangga lainnya.
Ayah hanya menjawab pendek,”Sabar Ririn, sebentar lagi”
Setelah sekian lama, diakhir perjalanan, mereka sampai disebuah telaga yang menakjubkan. Air nya sangat jernih dan segar. Di Sekelilingnya bunga yang cantik dan pepohonan rindang yang menyejukkan, serta burung dan kupu-kupu beraneka warna.
Togel Online
Ririn terpanah kagum, ternyata tidak jauh dari rumahnya ada tempat seperti ini indahnya.
“Anakku Ririn, tahukah kau mengapa disini begitu sepi padahal tempat ini amat sangat indah ?” Tanya sang ayah.”Karena tidak banyak orang yang mau bersusah payah menyusuri jalan yang jelek dan penuh rintangan seperti tadi, sehingga mereka tidak bisa menikmatinya.
“Untuk menikmati sesuatu yang indah, perlu perjuangan dan kesabaran. Sama seperti kehidupan ini, harus sabar,tegar dalam bersikap, sabar dalam kejujuran, sabar dalam memperjuangkan kebenaran nilai. Tegar dalam menghadapi kesulitan dan masalah yang muncul.”
“Tapi tidak mudah ayah untuk melakukannyaapalagi aku yang masih kecil ini.”
“Memang” Jawab sang ayah dengan nada lembut. “karena itu ayah dan ibu senantiasa menggenggam tangaan Ririn, Membimbing dan mendukung dalam kebaikan dan kebenaran, sampai nanti Ririn mampu berjalan sendiri dengan mulia untuk keluarga dan sesama”
“Baik ayah,Ririn mengerti” ucap ririn dengan nada lega.
Jalanilah hidup dengan penuh keberanian, keuletan, dan kesabaran. Terus berjuang, pantang menyerah, siapkan mental, agar kita menjadi pemenang sejati kehidupan.
0 comments:
Post a Comment